I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bakteri adalah kelompok organisme yang tidak
memiliki membran inti sel. Organisme ini termasuk ke dalam domain prokariot dan
berukuran sangat kecil (mikroskopik), serta memiliki peran besar dalam
kehidupan di bumi. Bakteri merupakan organisme yang paling banyak jumlahnya dan
lebih tersebar luas dibandingkan mahluk hidup lain. Bakteri memiliki ratusan
ribu spesies yang hidup didarat hingga lautan dan pada tempat-tempat yang
ekstrim (Anonim,2011).
Teknik biakan murni digunakan untuk memisahkan
berbagai macam bakteri. Peranan bakteri baik yang menguntungkan ataupun yang
merugikan dalam kehidupan melalui proses isolasi dan identifikasi. Prinsip
isolasi bakteri adalah memisahkan suatu mikroba dari mikroba lainnya sehingga
diperoleh kultur murni. Identifikasi dilakukan setelah kultur murni yang
berasal dari satu progeni didapatkan untuk diketahui potensinya, namun sebelum
dilakukan identifikasi bakteri harus sudah diklasifikasikan. Klasifikasi
merupakan proses untuk mengenali dan mengelompokkan organisme hidup. Tujuan
dari klasifikasi adalah untuk mengatur kedudukan dari berbagai organisme di
alam. Langkah identifikasi adalah inokulasi, inkubasi, isolasi, eksaminasi dan
identifikasi. Identifikasi bakteri didasarkan pada berbagai macam sifat bakteri
seperti sifat biokimia, morfologi koloni dan morfologi selnya.
Bakteri Bacillus sp. biasanya banyak ditemukan
di tanah. Cara untuk mendapatkan bakteri Bacillus sp. yaitu dengan mengambil
sampel tanah menggunakan sendok yang telah disterilisasikan terlebih dahulu
kemudian ambil tanah sekitar kedalaman 3 cm dari permukaan tanah. Bacillus sp.
merupakan bakteri gram positif dengan sel batang berukuran 0,3-22x1,27-7 πm,
sebagian bersifat motil (mampu bergerak) mobilitasnya ini disebabkan oleh
flagel, jika dipanaskan akan membentuk endospora, yaitu bentuk dorman sel
vegetatif sebagai bentuk pertahanan diri yang muncul saat kondisi ekstrim yang
tidak menguntungkan bagi bakteri. Kandungan air endospora sangat rendah bila
dibandingkan dengan sel vegetatifnya, maka endospora berbentuk sangat padat dan
sangat refraktil bila dilihat di bawah mikroskop. Endospora dibentuk dalam
sporangium di dalam sel dan dibentuk saat sel masak. Endospora memiliki dinding
tebal, reaktif, dan sangat resisten. Letak endospora dalam sel ukuran selama
pembentukannya tidak sama antara spesies satu dengan lainnya. Beberapa spesies
memiliki spora sentral, terminal, atau letal. Endospora dapat berbentuk oval,
silindris, bulat, atau lainnya.
Gambar. Bacillus sp
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah mengisolasi bakteri Bacillus sp. dan mengidentifikasi
bakteri Bacillus sp. hasil isolasi dengan pendekatan mikrobiologis.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Alat
yang digunakan adalah jarum ose, object glass, mikroskop, mikrometer, kertas
merang, tissue, tabung reaksi, pipet tetes, beaker glass, cawan petri, oven,
pembakar spirtus, inkubator, wrapper.
Bahan yang digunakan adalah akuades,
alcohol 70%, medium Nutrient Agar (NA), Nitrat Broth (NB), Malachite Green,
Starch Agar (SA), SIMA semisolid, Skim Milk Agar (SMA), Simon Citrat, MR-VP
Broth, KOH-alffanaftol, reagen A dan B, NaCl (0%, 6,5%, 10%), Kristal Violet.
Lugol’s iodine, safranin, etanol 96%, reagen H2O2, reagen lactose, rafinosa,
reagen oksidase.
B. Metode
a. Pengambilan Sampel
Ø Pengambilan
dilakukan secara aseptis
Ø
Alumunium foil yang sebelumnya disterilkan
terlebih dahulu dengan alkohol 70%
Ø
Sampel diambil dengan cepat dan dengan hati-hati
dimasukkan ke dalam alumunium foil steril kemudian ditutup rapat
b. Tahapan Isolasi Bacillus
Ø
Preparasi suspense dilakukan, sebelumnya sampel
tanah dimasukkan kedalam tabung pengenceran pertama kemudian direbus 10 menit
dengan suhu 80oC diatas dandang.
Ø
Diinokulasikan sebanyak 1 ose pada medium NA,
selanjutnya diinkubasi pada suhu 30oC selama 2x24 jam.
c. Tahap Pemurnian Dengan Metode Streak Kuadran
Ø
Dipilih satu koloni yang Nampak terdiri dari
satu tipe sel
Ø
Jarum ose dibakar, setelah dingin disentuhkan ke
permukaan koloni bakteri yang akan distreak pada plating NA
Ø
Streak ini dianggap sebagai streak primer pada
permukaan NA
Ø
Jarum ose dibakar, angkat lalu didinginkan dan
distreakan melewati streak primer kesatu atau kedua dan kemudian dilanjutkan
kestreak sekunder tanpa kembali streak primer
Ø
Jarum ose dibakar, angkat lalu dinginkan dan
disteakan melewati streak sekunder dan kemudian dilanjutkan kestreak tersier
tanpa kembali kestreak primer dan sekunder
Ø
Diinkubasi pada suhu 30OC selama 2x24
jam
d. Pengamatan Morfologi Koloni
Ø
Dibuat biakan pada media Nutrient Agar (NA) cawan
Ø
Inkubasi 2x24 jam pada suhu 30oC
Ø
Perbedaan bentuk koloni, bentuk tepi, elevasi
dan lainnya diamati
e. Pengukuran Panjang dan Lebar Sel
Ø
Disiapkan mikroskop yang telah dipasang
micrometer okuler yang terkalibrasi
Ø
Dibuat preparasi ulas bakteri uji dengan metode
pewarnaan sederhana dengan menggunakan pewarnaan metilen blue
Ø
Diukur panjang dan lebar sel kemudian dihitung
panjang dan lebar sel sebenarnya (µm).
f. Uji Pewarnaan Gram
Ø
Dibuat ulasan bakteri pada object glass,
difiksasi
Ø
Ditetesi dengan gram A (kristal violet),
dibiarkan selama 60 detik
Ø
Dicuci dengan air mengalir, keringanginkan
Ø
Ditetesi dengan gram B (lugol’s iodin),
dibiarkan selama 60 detik
Ø
Dicuci dengan gram C (ethanol 96%) setetes demi
setetes sampai etanol yang jauh berwarna bening dan jangan sampai terlalu
banyak.
Ø
Ditetesi dengan D (safranin), dibiarkan selama
45 detik, dicuci dan dikeringanginkan
Ø
Diamati dibawah mikroskop
g. Uji Pewarnaan Endospora
Ø
Dibuat ulasan bakteri pada object glass lalu
ditutupi dengan kertas merang
Ø
Ditetesi dengan Malachite Green diatas kertas
merang dan diletakkan di atas air mendidih. Dibiarkan selama 5 menit, jika
pinggir mulai mengering tambahkan lagi Malachite Green
Ø
Setelah dingin , object glass dibilas dengan
aquades mengalir
Ø
Ditetesi dengan safranin sebagai counter stain
Ø
Didiamkan selama 45 detik
Ø
Dicuci dan dikeringanginkan
Ø
Diamati di bawah mikroskop
h. Uji Motilitas
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium SIMA
semisolid sebanyak 1 ose
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC
Ø
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk
zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna
media tetap menandakan hasil uji negatif.
i. Uji Hidrolisis Starch
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat
Starch Agar sebanyak 1 ose
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
Ø
Kemudian permukaan media digenangi dengan
larutan Lugol’s iodine
Ø
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk
zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika tidak
terbentuk zona jernih (warna biru reagen) menandakan hasil uji negatif.
k. Uji Hidrolisis Kasein
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium padat
Skim Milk Agar (SMA) sebanyak 1 ose.
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
Ø
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk
zona jernih di sekitas koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna
media tetap menandakan hasil uji negatif.
l. Uji VP (Voges Proskaner)
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair
MR-VP sebanyak satu ose
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium cair
MR-VP sebanyak 1 ose
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperatur 30oC
Ø
Bakteri ditetesi dengan alfanaftol 3 tetes dan
KOH 40 % 2 tetes
Ø
Diamati perubahan yang terjadi, jika terbentuk
zona jernih di sekitar koloni menandakan hasil uji positif, dan jika warna
media tetap menandakan hasil uji negatif.
m. Uji Katalase
Ø
Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass
Ø
Ditetesi dengan larutan H2O2
Ø
Diamati perubahan yang terjadi
Ø
Jika terbentuk gelembung gas menunjukan bahwa
hasil uji positif dan sebaliknya
n. Uji Oksidase
Ø
Dibuat preparat ulas bakteri pada object glass,
tutup dengan potongan tissue
Ø
Ditetesi dengan reagen oksidase
Ø
Diamati perubahan yang terjadi
Ø
Hasil positif jika berwarna biru marun, hasil
negatif tidak terbentuk warna biru marun.
o. Uji Penggunaan Sitrat
Ø
Diinokulasikan bakteri uji pada medium agar
miring Simon Citrate sebanyak 1 ose
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
Ø
Diamati perubahan yang terjadi, jika hasil
positif media berwarna biru sedangkan hasil negatif tetap berwarna hujau.
p. Uji Lactosa dan Raffinosa
Ø
Bakteri uji ditumbuhkan pada medium Lactosa dan
Raffinosa
Ø
Diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC
Ø
Diamati perubahannya, hasil positif jika media
berubah warna dari ungu menjadi kuning dan hasil negatif jika media tetap
berwarna ungu.
q. Uji Toleransi NaCl
Ø
Dibuat tiga buah tabung Nutrient broth yang mengandung NaCl 0%, 6,5%, dan 10%
Ø
Isolat diinokulasikan dengan streak kontinyu
Ø
Diinokulasikan selama 2x24 jam pada temperature
30oC
Ø
Diamati hasilnya dengan melihat tingkat
kekeruhan dengan media
r. Penentuan Spesies Melalui Pendekatan Homologi
Ø
Data-data yang diperoleh dibandingkan dengan
data karakter bakteri dari sumber
Ø
Ditentukan persen homologinya dengan rumus:
% Homologi=
III. HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel 1. Pengamatan Morfologi sel
No
|
Pengamatan
|
Hasil
|
1.
|
Bentuk koloni
|
Circular
|
2.
|
Ukuran
|
Moderate
|
3.
|
Elevasi
|
Convex
|
4.
|
Margin
|
Entire
|
5,
|
Permukaan
|
Halus mengkilap
|
Tabel 3. Perbandingan Isolat dan Spesies-spesies Bacillus
No
|
Jenis
Uji
|
Isolat
|
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
1.
|
Gram
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
2.
|
Endospora
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
3.
|
Katalase
|
+
|
|||||
4.
|
Starch
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
5.
|
Casein
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
+
|
6.
|
Rafinossa
|
-
|
-
|
-
|
-
|
d
|
+
|
7.
|
NaCl 10%
|
-
|
+
|
D
|
d
|
-
|
d
|
8.
|
Sitrat
|
-
|
-
|
D
|
+
|
+
|
+
|
9.
|
Motilitas
|
-
|
-
|
+
|
+
|
+
|
+
|
10.
|
VP
|
+
|
+
|
+
|
+
|
-
|
+
|
11.
|
Oksidase
|
+
|
d
|
D
|
d
|
-
|
-
|
Tabel 4. Pengukuran Homologi
No
|
Jenis
Uji
|
IA
|
IB
|
IC
|
ID
|
IE
|
1.
|
Gram
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2.
|
Endospora
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
3.
|
Starch
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4.
|
Casein
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
5.
|
Rafinossa
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
6.
|
NaCl 10%
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
7.
|
Sitrat
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
8.
|
Motilitas
|
1
|
0
|
0
|
0
|
0
|
9.
|
VP
|
1
|
1
|
1
|
0
|
1
|
10.
|
Oksidase
|
1
|
1
|
1
|
0
|
0
|
Jumlah karakter
yang sama
|
8
|
7
|
7
|
5
|
5
|
Keterangan :
d = 16-84% strain positif
A = Bacillus anthracis
B = Bacillus cereus
C = Bacillus thuringiensis
D = Bacillus megaterium
E = Bacillus subtilis
Berdasarkan hasil perhitungan persen homologi,
jumlah terbesar adalah 80% yaitu antara isolat dengan spesies A (Bacillus anthracis).
B.
Pembahasan
Pengambilan sampel (tanah kandang) dilakukan dengan cara sterilisasi sendok yang ingin dipakai terlebih dahulu dengan menggunakan autoklaf kemudian ambil sampel tanah kedalaman 3cm dari permukaan, masukkan kedalam alumunium foil yang sebelumnya disterilisasikan terlebih dahulu dengan menggunakan alkohol 70% kemudian ditutup rapat. Pengambilan sampel dilakukan dengan mensterilisasikan alat terlebih dahulu agar dapat dilindungi dari kontaminasi. Dilakukan dengan prosedur kerja aseptik dengan senyawa desinfektan yang sesuai. Menyesuaikan wadah sampel yang diambil dan metode yang sesuai dengan jenis sampel. Kemudian sampel yang mengandung bakteri tersebut dijaga agar tetap menggambarkan kondisi yang ada sebelum memasuki tahap analisa (Anonim, 2011).
v Isolasi Bacillus sp. dilakukan dengan cara sampel tanah yang telah didapat dimasukkan kedalam tabung yang berisi akuades steril kemudian direbus 10 menit dengan suhu 80oC diatas dandang, tanah rebusan diinokulasikan kedalam cawan yang telah berisi medium NA kemudian disreak sinambung, inkubasi selama 2x24 jam dengan suhu ruang. Proses perebusan dilakukan agar bakteri yang diinginkan (Bacillus sp.) membentuk endospora. Terbentuknya endospora bertujuan untuk melindungi bakteri dari lingkungan yang kurang menguntungkan (Sudjadi, 2006).
Misalnya, lingkungan yang terlalu kering, banyak mengandung bahan kimia, dan panas yang terlalu tinggi. Endospora memiliki dinding yang tebal, oleh karena itu bakteri yang menghasilkan endospora dapat bertahan hidup pada lingkungan yang ekstrim. Jika keadaan lingkungan membaik, maka pembungkus spora segera pecah dan bakteri kembali memulai aktivitas hidupnya sebagaimana biasanya. Contoh bakteri yang menghasilkan endospora adalah Bacillus dan Clostridium (Sudjadi, 2006).
v Pemurnian sampel dari hasil yang telah diisolasi dilakukan dengan cara pemilihan satu koloni (koloni tunggal) yang nampak terdiri dari satu tipe sel, amati bakteri Bacillus sp. inokulasikan ke media NA disteak kuadran kemudian diinkubasi selama 2x24 jam dengan suhu ruang 30oC. Hasil pemurnian ambil koloni tunggal kemudian diamati bentuk, ukuran, elevasi, permukaan, dan margin didapatkan hasil koloni berbentuk bulat atau circular, berukuran sedang atau moderate, elevasi convex, permukaan halus mengkilap, dan margin entre. Bacillus berbentuk bulat (coccus), memiliki permukaan yang halus dan mengkilap (Anonim, 2011). Koloni tunggal yang terbentuk diperiksa menggunakan pewarnaan Gram untuk melihat karakteristik dinding sel dan bentuk dari sel tersebut. Pengamatan dengan mikroskop dilakukan dengan menggunakan mikroskop jenis mikroskop cahaya. Untuk pengamatan dinding sel bakteri, digunakan perbesaran sebesar 1000x dan menggunakan minyak imersi (….)Selain diamati ciri-ciri morfologi koloninya hasil pemurnian juga digunakan untuk pembuatan stok di media NA miring kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang. Pembuatan stok dilakukan dua kali, digunakan untuk melakukan berbagai macam uji.
v Pengukuran panjang dan lebar sel dilakukan dengan menyiapkan mikroskop yang telah dipasang micrometer okuler yang terkalibrasi, dibuat preparat ulas bakteri uji dengan metode pewarnaan sederhana dengan menggunakan pewarnaan metilen blue kemudian diukur panjang dan lebar sel kemudian dihitung panjang dan lebar sel sebenarnya (µm). Pewarnaan sederhana merupakan teknik pewarnaan yang paling banyak digunakan. Disebut sederhana karena hanya menggunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut (Anonim, 2011). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkolin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri. Pewarna basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana ialah memilen biru, krisdal violet dan karbol fuehsin (Sudjadi, 2006).
Hasil perhitungan kalibrasi dimana skala object dibagi dengan skala okuler dikali 10 µm didapatkan hasil 2,5 µm, sehingga didapatkan panjang sel sebenarnya, skala panjang dikali hasil kalibrasi yaitu 2,5 µm kemudian lebar sel sebenarnya, skala lebar dikali hasil kalibrasi yaitu didapatkan 2,5 µm. Bacillus thuringiensis atau biasa disebut Bt berbentuk batang dengan ukuran panjang 3-5 μm dan lebar 1,0-1,2 μm. Bacillus antracis yaitu bakteri berbentuk batang berukuran panjang 1-8 μm, lebar 1-1,5 μm (Sudjadi, 2006).
v Uji pewarnaan gram dilakukan dengan mengulas bakteri pada object glass kemudian difiksasi selama 3-5 kali tujuan dari fiksasi adalah untuk mematikan sel bakteri tanpa merubah bentuk dan strukturnya, membuka pori-pori dari sel bakteri sehingga mudah terwarnai, dan merekatkan bakteri ke object glass (Udin, 2001). Kemudian ditetesi dengan gram A yaitu Kristal violet didiamkan selama 60 detik, pemberian Kristal violet bertujuan untuk memberikan warna dasar atau pewarna primer yaitu pewarnaan dinding sel bakteri (Anonim, 2011).
Kemudian dicuci keringanginkan, ditetesi lugol’s iodine dibiarkan selama 60 detik bertujuan sebagai pewarna kedua atau pewarna pengganti. Setelah terwarnai dicuci keringanginkan kemudian dicuci dengan gram C (ethanol 96%) setetes demi setetes sampai ethanol yang jatuh berwarana bening, namun jangan sampai terlalu banyak. Berfungsi untuk melarutkan pewarna (decolorizing agent) kemudian ditetesi dengan gram D (safranin) dibiarkan 45 detik lalu cuci keringanginkan, pemberian safranin digunakan sebagai pewarna pembanding (James, 2008). Setelah itu amati dibawah mikroskop. Hasil yang didapat terlihat warna ungu muda. Bakteri gram positif mempertahankan zat warna gentian violet dan bakteri gram negatif mempertahankan warna merah (Udin, 2001)
v Uji pewarnaan endospora dilakukan
dengan mengulas bakteri pada object glass kemudian ditutup dengan kertas merang
lalu ditetesi dengan malachite green diatas kertas merang kemudian diuapkan
diatas dandang, pemberian malachite green bertujuan untuk melumuri fiksasi
panas. Jangan sampai mengering jika kering ditetesi lagi malachite green.
Pemanasan bertujuan untuk membantu warna menembus dinding endospora. Kemudian
bilas dengan aquades lalu ditetesi dengan safranin sebagai counterstain yang
digunakan untuk melumuri bagian warna dari sel yang lain daripada endospora
(James, 2008). Didiamkan selama 45 detik, dicuci keringanginkan kemudian
diamati dibawah mikroskop didapatkan hasilkan endospora berwarna hijau
sedangkan sel vegetative berwarna merah.
v Uji
mortilitas bakteri yang diinokulasikan pada medium SIMA semisolid sebanyak 1
ose kemudian diinkubasi selama 2x24 jam pada suhu ruang 30oC,
menunjukan tidak adanya pertumbuhan koloni pada medium tegak SIMA yang telah
ditusuk dengan jarum ose, hasilnya hanya tumbuh diatas permukaan medium. Banyaknya koloni bakteri yang tumbuh pada suatu
substrat sangat dipengaruhi oleh tersedianya kondisi fisik, nutrisi, dan sifat
hudupnya (Priyani, 2006). Pertumbuhan dipermukaan medium ini dikarenakan Bacillus merupakan bakteri yang bersifat aerob.
Namun tidak membuktikan mortilitas, hal ini disebabkan pada saat
menginokulasikan bakteri dengan menggunakan jarum ose, bakteri tersebut tidak
masuk ke dalam media hanya tertanam dipermukaan. Namun ada beberapa spesies Bacillus yang tidak bersiat motil salah
satunya adalah Bacillus
anthracis merupakan
bakteri berbentuk batang, berukuran 1,6 µm, tidak mempunyai alat gerak
atau motil (Akoso, 2009).
v Uji hidrolisis starch dengan
menggunakan medium padat Starch Agar sebanyak 1 ose yang diinkubasi selama 2x24
jam dalam suhu ruang kemudian permukaan media digenangi dengan larutan Lugol’s
iodine menghasilkan positif karena terbentuknya zona jernih pada media hal ini
disebabkan karena enzim amilase yang bersifat eksoenzim akan memecah
amilum menjadi monomer-monomernya. Starch atau pati dipecah menjadi unit-unit
yang lebih kecil yaitu dengan memotong ikatan-ikatan glikosidiknya. Salah satu
yang dapat memotong ikatan glokosidik adalah enzim amilase (Anonim, 2011).
v Uji hidrolisis kasein menggunakan
medium padat Skim Milk Agar (SMA) diinokulasikan bakteri sebanyak 1 ose kedalam
medium tersebut kemudian diinkubasi selama 2x24 jam suhu ruang. Hasil
menunjukan positif yaitu terdapatnya zona jernih pada media SMA. Kaseinase akan
memecah kasein menjadi parakaseinase yang dapat bereaksi dengan susu tersebut
sehingga menghasilkan kalsium parakaseinat.
v Uji VP (Voges Proskaner) menggunakan
medium cair MR-VP yang telah diinokulasikan dengan 1 ose bakteri kemudian
diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC, bakteri ditetesi
dengan alfanaftol sebanyak 3 tetes dan KOH 40% 2 tetes menunjukan hasi positif
karena warna media menjadi orange muda mendekati merah. Penambahan alfanaftol
akan bereaksi dengan aseton sedangkan pemberian KOH 40% untuk mengoksidasi
proses tersebut sehingga terjadi warna orange sampai merah.
Prinsip dari uji ini adalah menentukan kemampuan beberapa mikroorganisme untuk
menghasilkan produk akhir yang netral (asetil-mythyil karbinol) dari fermentasi
glukosa. Uji ini digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang
melaksanakan fermentasi 2,3-butanadiol. Bila bakteri memfermentasikan karbohidrat
menjadi 2,3-butanadiol sebagai produk utama, akan terjadi penumpukan bahan
tersebut dalam media pertumbuhan (Sudjadi, 2006).
Penambahan 40% KOH dan 5% larutan alfanaphtol dalam etanol dapat menentukan
adanya asetolin (asetilmethylkarbinol), suatu senyawa pemuka dalam sintetis
2,3-butanadiol. Penambahan KOH adanya asetolin ditunjukan oleh perubahan warna
kaldu menjadi merah muda. Perubahan warna ini diperjelas dengan penambahan
larutan alfanaphtol. Perubahan warna kaldu biakan lebih jelas pada bagian yang
berhubungan dengan udara, karena sebagian 2,3-butanadiol dioksidasi kembali
menjadi asetolin sehingga memperjelas hasil reaksi (Sudjadi, 2006).
v Uji katalase dilakukan dengan membuat
preparat ulas bakteri pada object glass, ditetesi dengan larutan H2O2 kemudian diamati perubahan yang
terjadi hasil menunjukan positif karena terbentuknya gelembung gas. Selama
respirasi aerobik (proses fosforilasi oksidatif), mikroorganisme menghasilkan
hydrogen peroksida, bahkan ada yang menghasilkan superoksida yang sangat
beracun. Senyawa ini dalam jumlah yang besar akan menyebabkan kematian pada
mikroorganisme. Senyawa ini dihasilkan oleh mikroorganisme aerobik, fakultatif
aerob maupun mikroaerofilik yang menggunakan jalur repirasi aerobik.
Superoksida dismutase adalah enzim yang bertanggung jawab untuk menguraikan
khususnya superoksida pada organisme aerob yang bersifat katalase negatif.
Produksi katalase bisa diidentifikasikan dengan menambahkan reagen H2O2 pada suspense bakteri. Jika
dihasilkan gelembung gas, berarti bakteri tersebut mampu memproduksi enzim
katalase. Jika tidak dihasilkan gelembung gas berarti uji katalase dinyatakan
negatif (Anonim, 2011).
v Uji oksidase dilakukan dengan membuat preparat ulas bakteri
pada object glass, ditutup dengan potongan tissue, ditetesi dengan reagen
oksidase kemudian diamati perubahan yang terjadi. Hasil yang didapat positif
karena hasil ulasan yang telah ditetesi reagen oksidase berwarna biru marun.
Enzim oksidase memegang peranan penting dalam transport electron selama
respirasi aerobik. Sitokrom oksidase mengkatalisis oksidasi dan reduksi
sitokrom oleh molekul oksigen. Enzim oksidase dihasilkan oleh bakteri aerob,
fakultatif anaerob, dan mikroaerofilik. Sifat kemoorganotrop dan
fakultatif anaerob pada Bacillus sp. Menyebabkan bakteri ini mampu memanfaatkan
sumber karbon tersedia (Priyani, 2006).
Mikroorganisme ini menggunakan oksigen, sebagai akseptor elektron terakhir
selama penguraian karbohidrat untuk menghasilkan energi. Kemampuan bakteri
memproduksi sitokrom oksidase dapat diketahui dari reaksi yang ditimbulkan
setelah pemberian reagen oksidase pada koloni bakteri. Enzim ini merupakan
bagian dari kompleks enzim yang berperan dalam proses foforilasi oksidatiif.
Reagen yang digunakan adalah tetramethyl-D-
phenylenediaminedihyrocloride. Reagen
akan mendonorkan electron terhadap enzim ini sehingga akan terosidasi membentuk
senyawa yang berwarna biru kehitaman. Positif tertunda (warna biru muncul
antara 10-60 detik setelah ditetesi) menandakan bahwa bakteri uji memiliki
sedikit enzim. Tidak adanya perubahan warna mengindikasikan bahwa uji yang
dilakukan negatif (James, 2008).
v Uji penggunaan sitrat dilakukan dengan
menginokulasikan bakteri uji pada medium agar miring Simon Citrate sebanyak 1 ose, inkubasi selama 2x24
jam pada temperature 30oC kemudian diamati perubahan yang
terjadi, hasil yang didapat adalah negatif karena media tetap berwarna biru.
Sumber karbon asam sitrat akan dipecah menjadi oksalo asetat kemudian menjadi
asam asetat. Karena adanya proses peningkatan ph sehingga berwarna biru
(Anonim, 2011).
v Uji lactose dan raffinosa dilakukan
dengan cara bakteri uji ditumbuhkan pada medium lactosa dan raffinosa,
diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC kemudian diamati
perubahan warna pada media, hasil menunjukan bahwa warna media tidak berubah
tetap berwarna ungu.
v Uji toleransi NaCl dibuat tiga buah
tabung Nutrient broth yang mengandung NaCl 0%, 6,5%, dan
10%, isolate diinokulasikan kedalam ketiga tabung masing-masing 1 ose,
diinkubasi selama 2x24 jam pada temperature 30oC kemudian diamati
hasilnya dengan melihat tingkat kekeruhan media. Hasil yang didapat tingkat
kekeruhan yang paling tinggi adalah pada konsentrasi NaCl 0%.
v Penentuan spesies melalui pendekatan
homologi dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang diperoleh kemudian
dibandingkan dengan data karakter bakteri dari sumber. Berdasarkan hasil perhitungan persen homologi, jumlah terbesar adalah 80% yaitu antara isolat dengan spesies A (Bacillus anthracis). Karena pengambilan sampel tanah disekitar kandang maka tanah tersebut mengandung banyak Bacillus anthracis. Bakteri ini banyak menyerang hewan herbivora. Misalnya domba, lembu, unta, rusa, sejenis campuran kuda-keledai, kuda, dan kambing. Bacillus anthracis termasuk klasifikasi gram positif, nonmotile, yang menjadi cikal bakal bakteri spora. Kuman ini berkembang dan bertahan tahunan dalam berbagai keadaan di tanah, air, atau benda apa pun. Vegetasi sel berukuran panjang 8 mikron dengan lebar 1-1,5 mikron ini mampu hidup selama bertahun-tahun di tanah (Akoso, 2009).
IV.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Bacillus sp. memiliki
ciri-ciri morfologi sebagai berikut: koloni berbentuk bulat atau circular, berukuran
sedang atau moderate, elevasi convex, permukaan halus mengkilap, dan margin entre.
2. Lebar sel Bacillus sebenarnya 2,5 sedangkan
Panjang sel sebenarnya 2,5 .
3. Hasil uji positif yaitu uji pewarnaan gram,
pewarnaan endospora, uji hidrolisis starch, uji hidrolisis kasein,
uji VP, uji katalase, dan uji oksidase.
4. Hasil uji negatif yaitu uji lactose dan
raffinosa, uji motilitas, uji penggunaan sitrat, dan uji toleransi NaCl.
5. Berdasarkan hasil perhitungan persen homologi,
jumlah terbesar adalah 80% yaitu isolat Bacillus anthracis karena sampel yang digunakan adalah tanah
kandang.
B.
Saran
Saran untuk praktikum selanjutnya adalah sebaiknya pada saat praktikum dan
pengamatan jangan terlalu pagi, dan lebih diperbanyak lagi alat-alat
praktikum
DAFTAR
REFERENSI
Akoso., B. 2009. Epidemiologi dan
Pengendalian Anthrax Penyakit Menular pada Hewan dan
Manusia. Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Anonim. 2011. http://dunia-mikro.blogspot.com/2008/08/pengecatan-endospora.html. diakses pada tanggal 29 November 2011.
Anonim. 2011. http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/17/bakteri-ciri-ciri-struktur-perkembangbiakan-bentuk-dan-manfaatnya/. diakses pada tanggal 29 November 2011.
Anonim. 2011. http://ekmon-saurus.blogspot.com/2010/12/pengambilan-dan-preparasi-sampel.html. diakses pada tanggal 30 November 2011
Anonim. 2011. http://eprints.undip.ac.id/13402/1/Laporan_penelian.pdf.
Diakses pada tanggal 1 Desember 2011.
Barrow, G. I and Feltham, R.K.A.1993.
Cowan and Steel’s Manual for The Identification of
Medical Bacteria Third Education. Cambridge: University Press,
Australia.
Dwipayana., Herto. D. 2010.
Identification of Bacterial Diversity in Waste Recycling Paint Sludge by Conventuonal Microbiological
Technique. Environmental Engineering Study Program. Bandung.
James. J., Colin. B. 2008. Prinsip-Prinsip Sains untuk Keperawatan. Penerbit Erlangga.
Priyani. N., Liliyanto., dan Kiki. N.
2006. Uji Potensi Bacillus sp. dan Escherichia coli dalam
Mendegradasi Alkil Berzen Sebagai Bahan Aktif Detergen.Jurnal Biologi Sumatra. Vol. 1 (2). ISSN 1907-5537. Hal 35-37.
Sudjadi. B., S. Laila. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan.
Penerbit Yudhistira.
Priyani. N., Liliyanto., dan Kiki. N. 2006. Uji Potensi Bacillus sp. dan Escherichia coli dalam Mendegradasi Alkil Berzen Sebagai Bahan Aktif Detergen.Jurnal Biologi Sumatra. Vol. 1 (2). ISSN 1907-5537. Hal 35-37.
Sudjadi. B., S. Laila. 2006. Biologi Sains dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar